Minggu, 16 Desember 2012

Makna Nilai Jempol



Setelah sholat, hampir selalu ada saja pikiran-pikiran yang membayang. Kali ini pikiran melayang pada topik tentang "proses belajar". Saya teringat pada salah satu kegiatan rutin saya di Surabaya sebelum berangkat ke Autralia. Saya teringat proses belajar yang lakukan bersama mereka dan membangun mental penghargaan pada “proses belajar”. Selain kegiatan belajar di organisasi Educare,  saya mempersilakan anak-anak kecil kampung sebelah yang sering main di lapangan depan rumah untuk ikut belajar gratis di tempat tinggal saya di Surabaya. Mereka  saat itu berumur sekitar 7-12 tahun dan masih kelas satu Sekolah Dasar (SD).
Saat paling berkesan untuk saya adalah ketika salah satu dari 10 anak yang belajar di kelas jam kedua setelah anak kelas 6. Mereka paling sering mencuri hati saya dan membuat saya gemas dengan keanehan-anehan seru yang mereka ciptakan untuk saya. Salah satu yang sangat berkesan dari mereka adalah ketika beberapa hari pasca awal kelas gratis baru dimulai.
Sekilas saya ceritakan, bahwa kelas belajar itu untuk bermain dan belajar sekaligus belajar yang serunya seperti bermain. Anak-anak itu semangat dating bukan datang untuk belajar, mereka datang untuk bermain dengan saya. Ya walaupun orangtua mereka selalu bilang “les” dan belajar, tapi sebenarnya mereka bermain yang penuh pelajaran. Hehehe Intinya, saya mengajak mereka bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Cara saya yang sebenarnya adalah metode belajar yang seperti bermain padahal saya masukkan ke pikiran mereka tanpa mereka sadari. Mereka senang, tak perlu dapat nilai, tidak perlu minder, hanya perlu bermain jujur dan mengikuti aturan main di tempat belajar gratis di rumah saya.
Saya pernah bilang ke mereka “Anak baik pasti bersikap baik dan tidak menyakit hati oranglain”. Saya menunjukkan ketidaksukaan saya pada anak yang suka mengolok-olok temannya. Mereka pun sedikit banyak terpengaruh dan mulai ajaib bersikap baik dibanding pertama kali saya bertemu dengan mereka. Mereka yang sebelumnya kasar, pukul pukulan, ejek mengejek, bicara kotor “misuh”, dll. Pastinya mirislah sejak dulu ternyata masih menjamur dan tak pernah hilang virus penyakit itu. Terpenting proses belajar menjadi anak yang lebih mengerti dan baik pada temannya sudah mulai muncul.
Oke, cerita saya mengarah pada salah seorang dari anak-anak tadi. Teman-temannya bilang dia anak yang nakal dan kasar. Memang sedikit kelihatan kasar dengan badannya yang kekar, kulit kecoklatan dan berotot kuat, tapi dia jujur, dan lembut pada saya bahkan manja seperti pada kakaknya sendiri. Ada awal cerita sebelum akhirnya dia menjadi akrab dan suka curhat pada saya.
Suatu hari saat kegiatan belajar awal-awal dimulai, dia menyembunyikan buku tulisnya. Nampaknya dia tidak mau menunjukkan nilainya dari sekolah pada siapapun. Saat itu, dia pun tidak mau menunjukkannya pada saya. Tapi saya pun pura-pura tidak penasaran dengan bersikap serius mendengarkan celotehnya yang panjang.  Tak lama saya pun mulai bercerita pada anak-anak disana sambil melirik anak tadi yang duduk menempel pada saya. Saya bercerita sesuatu sambil menyelipkan suatu kalimat penting pada mereka. "Mbak Onish tu paling seneng sama anak yang semangat belajar dan jujur walau nilainya jelek. Yang paling penting adalah selalu berusaha dan jujur". Saya pertegas lagi. "Belajar itu dari yang gak bisa jadi bisa, dari yang jelek jadi baik, dan yang baik jadi semakin baik". Kalimat itu ternyata ampuh, anak-anak mulai mendekat lagi pada saya dan mulai semakin bersemangat untuk belajar.
Tiba-tiba anak bertubuh kekar tadi tiba-tiba menunjukkan nilai-nilai di buku matematika miliknya yang dari tadi dia tutupi. Tampak nilai 20 di lembar pertama. Selanjutnya 30, 50 dan kembali 30 serta angka lain yang mengecewakan untuk yang melihatnya. Saya tanya "ini ngerjakan sendiri semua kah sayang?" dengan lembut saya mencoba mengintrogasinya. Awalnya anak itu mau berbohong tapi lekas-lekas dia sendiri mencoba meralatnya. "Kerja sendr,… eh ada yang nyontek, tapi ada yang ngerjain sendiri". Sambil meringgis menunjukkan rasa malunya.
Teman-temannya sudah tidak ada yang mengejek dengan nilai anak itu, tentu saja karena saya telah bilang bahwa saya tidak suka dengan sikap anak yang menyakiti hati anak lain. Semua harus saling mendukung dan menyemangati temannya untuk semangat belajar. Hasilnya saat moment itu, semua anak menahan untuk tidak mengejek. Bahkan mereka banyak menceletuk “Wah kok jujur kamu?” Lalu ada yang lain juga mengomentari “Yang penting jujur ya mbak Onish?” Anak perempuan tomboy pun menimpali “Lho kan bener harus jujur ya mbak Onish?”
Segera saya ikut menanggapinya "Wah keren deh udah berani cerita jujur ke mbak Onish. Hebat. Mbak seneng deh". Anak itu pun makin heboh menunjukkan nilai-nilanya mana saja yang contekan dan mana yang dia kerjakan sendiri. Penuh semangat. Tiba-tiba dia bertanya "Harus jujur ya mbak?". Saya memandangnya tajam dan tersenyum sambil menjawabnya dengan mantap. "Iya. Sangat baik kalau jujur dan berusaha". Dia pun tersenyum lalu meminta diajari cara mengerjakan soal yang dia dapat angka jelek.
 Ternyata semua anak pun minta untuk mengerjakan soal yang mereka dapat nilai jelek. Penjelasan yang penuh semangat dan keceriaan saya membuat mereka ikut bersemangat. Mereka bergegas mengerjakan soal-soal dari sekolah tadi. Sejenis remidi atau mengerjakan ulang. Sebelumnya, saya sempat memberi sedikit penjelasan pada mereka dengan memahamkan dan menganalogikan menggunakan mainan atau cara tertentu yang mereka senang dan sederhana.
Setiap anak mengumpulkan hasilnya pada saya satu persatu dengan mengetahui mana soal yang masih salah. Mereka meminta nilai angka pada saya. Mereka bilang biar kayak di sekolah. Saya pun menjawab dengan senyum dan hanya bilang “Benarkan dulu jawaban yang masih belum pas, nanti baru dapat nilainya”. Mereka pun satu persatu mengerjakan lagi hingga benar semua.
Saat semua sudah benar, salah satu anak yang paling dahulu menyelesaikan dengan jawaban benar mendapat nilai pertama dari saya. Saya beri nilai “gambar Jempol”. Dia pun tertawa dan bilang, “Mbak Onish bisa nggambar jempol. Bagus. Asyik aku dapat jempol”. Dia melonjak kegirangan dan menarik perhatian semua anak yang kemudian mengerumuni melihat gambar jempol yang saya berikan pada lembar anak tadi.
Mereka tertawa dan segera kembali ke soal masing-masing karena tertantang untuk segera dapat jempol dari saya. Layaknya olimpiade atau lomba cerdas cermat, mereka berlomba untuk segera cepat bisa menjawab dengan tepat soal di depan mereka. Saking semangatnya, mereka yang awal datang sering merasa terganggu dengan anak-anak lain di taman luar pun mulai tak memperdulikan lagi anak-anak nakal yang berlalu lalang mencoba memanggil dan mengganggu mereka. Proses belajar hari itu cukup memuaskan dan mereka meminta nanti malamnya untuk belajar di rumah saya lagi. Buru-buru saya mengatakan bahwa malam hari jadwal saya untuk belajar. Mereka pun paham dan memastikan besok saya siap mereka datangi lagi. Kegiatan belajar dan bermain pun berjalan dan makin meluas hingga saat saya harus membubarkannya karena berangkat ke Australia.
Cara apresiasi dengan jempol yang saya lakukan itu membuat anak-anak lebih percaya diri. Tampak sekali perubahan ekspresi dan semangat belajar mereka. Semua sudah mengerjakan, sudah belajar, sudah bermain, sudah mengerti letak kesalahan dalam mengerjakan soal, sudah lebih semangat belajar, sudah lebih baik dalam bersikap dan lebih jujur. Proses yang kemudian mereka ingat ketika bertemu dengan saya, bahwa beberapa hal itu tadi adalah prinsip kalau belajar di rumah mbak Onish.
Selama proses hingga sebelum pulang, saya pastikan saya tidak memberi nilai angka kepada mereka. Saya upayakan agar mereka tidak perlu melihat angka yang memalukan atau menakutkan untuk mengukur hasil belajar mereka yang tentu belum bagus karena baru belajar. Saya memberi jempol pada mereka karena mereka memang patut diapresiasi karena telah berusaha mengerjakan dan terus menyempurnakan jawaban hingga mendapat jawaban yang tepat. Proses belajar itulah yang paling saya jadikan prinsip penting dalam belajar yang saya lakukan ataupun menemani anak-anak kecil belajar.
 Masa itu tak kan terlupakan untuk saya pribadi. Saya mengajar sambil belajar dan terus berusaha untuk mengapresiasi anak-anak dengan cara yang lebih baik. Bukan dari hal materi, bukan sembarang mengumbar pujian, tapi apresiasi sesuai yang mereka butuhkan saat usia-usia pembentukan pribadi mereka. Apresiasi untuk memotivasi belajar.



Salam Pembelajar

Onish Akhsani

Sabtu, 15 Desember 2012

Renung hati



Pagi ini setelah subuh, banyak ide liar bermain-main di otak ini.
Rentetasn bait pun terngiang.

Aq tak merasa apa-apa.
Pikiran pun bermain-main.
Tiba-tiba hilang rasa dan menangis.

Ada banyak tanya dalam hatiku.
Satu demi satu terjawab tanpa ada ragu.

Semakin bertanya, smakin ingin tahu.
Waktupun hanya fokus belajar selalu.

Tiba-tiba soal yang lain datang.
Termenung mencoba tenang.

Untuk apa ilmu?
Demi status ataukah kemanfaatan umum?
Untuk apa target pencapaian?
Demi kearoganan ataukah arah juang dalam berkehidupan?
Untuk apa kekayaan?
Demi kepuasaan ataukah penompang prinsip hidup?
Untuk apa kemampuan?
Demi ke-aku-an ataukah pendukung kemanfaatan?

Heran hati ini.
Kenapa harus menulis kalau untuk mereka?
Mereka tak akan mengerti.
Kenapa harus berkata, mereka tak suka membaca.
Peduli apa dengan mereka.
Kehidupan adalah peran.
Tak perlu merasa lebih dari lainnya,
Tak boleh punya kedirian atas segala yang ada.

Benar sadar hati merindu,
Ingin Dia ada di sini slalu.
Sapa hangatnya ditiap satuan terkecil waktu.
Terasa yakin dan pupuslah ragu.
Terasa menggetarkan hingga sluruh jiwa.
Sel-sel ini cm luruhan dari cintanya.
Cinta abadi. Cinta sejatinya cinta.
Cinta yang tak kenal luka, malah slalu menguatkan.
Cinta yang memberi dan tak pernah minta.
Cinta yang membahagiakan tanpa pernah merugikan.
Cinta yang penuh cinta.
Cinta kekalNYA, hanya DIA.


Salam Pembelajar

Onish Akhsani

Kamis, 06 Desember 2012

Gaya Bicara dan Bahasa Indonesia



Orang paling hebat adalah orang yang bisa mengenal dirinya, memahami, mengendalikan dan memperbaiki kualitas dirinya dari waktu ke waktu.

Saya masih merasa sebagai korban dari sistem pendidikan bahasa yang kurang tepat. Alasan saya, saya berkembang dengan memegang teori bahasa yang saya terima dan menghayatinya, tapi justru saya mendapat masalah berat dengan gaya bahasa saya sendiri.

Saya masih terobsesi untuk bicara dengan sistem yang saya pelajari di sekolah. Saya masih sangat ingat ketika pelajaran bahasa Indonesia, teori penggunaan kalimat penjelas dalam suatu paragraph maupun kalimat yang mengandung double penjelas.

Saya paling jago menyebutkan dan menganalisis bahasa. Saya bisa paham orang bicara dengan bahasa yang bertumpuk, karena saya juga melakukannya. Sayangnya, seringkali, karena terlalu asyik bicara memberi penjelasan pada satu aspek, saya terpeleset untuk memberi penjelasan pada hal lain yang sebenarnya hanya kalimat pendukung. Saya sendiri merasa bahwa saya sering memberikan kalimat penjelas yang sebenarnya tidak ada hubungan dengan kalimat utama atau topik pembahasan. Oleh karena itu, saya akhir-akhir ini saya sedang mencoba untuk memperbaiki kualitas dan cara bicara saya. Saya belajar menulis kalimat singkat.

Saya tidak perlu membuat kalimat bertumpuk. Sebenarnya saya menyadari gaya bicara saya. Saya relative bicara tentang bagaimana saya bicara dengan tepat. Saya ingat buku bahasa Indonesia saya mengajarkan tentang bagaimana di kalimat terakhir dalam peragraf terdapat kalimat penutup atau kesimpulan. Hal itu membuat saya selalu mencoba membuat kalimat yang menyimpulkan di akhir paragraph.

Saya mungkin tampak menjadi anak yang aneh dengan gaya bahasa saya, tapi sebenarnya saya memang sangat menikmati menjadi diri saya. Hanya saja, terlalu banyak teori perang membuat saya justru tak lincah dalam berperang. Saya ingin memperjelas analogy tersebut, bahwa dengan banyaknya teori yang saya pahami tentang gaya bahasa, justru saya merasa harus sesuai dengan teori dan hal yang telah diajarkan kepada saya sehingga saya menerapkan sistem berbicara bertumpuk yang penuh dengan kalimat penjelas dan relatif panjang dimana hal tersebut membuat kalimat saya sangat panjang dan walaupun tidak salah secara teori, tetapi terlalu panjang dan sulit untuk dipahami.

Barusan saya menggunakan teori berbicara saya ala teori bahasa Indonesia. Anda tidak akan menganggap itu salah karena memang itu benar, tapi tentu tidak enak dirasakan. Hehehe

Intinya, belajar bahaasa Indonesia adalah saling terkait. M

Terimakasih


Salam Pembelajar
Onish Akhsani

Orangtua Idaman



Seklas dari judulnya mungkin orang akan mengira saya akan menulis tentang bagaimana orangtua idaman atau bagaimana tips atau trik menjadi orangtua idaman. Sayangnya, saya belum mau membahas tentang hal itu.

Saya cuma masih ingin menyampaikan tentang bagaimana orangtua merasa dirinya telah menjadi orangtua yang cukup bijak dan menjadi idaman untuk anak-anaknya. Kebanyakan orantua di Indonesia, merasa cara pendekatan mereka kepada anak-anaknya adalah pendekatan yang terbaik. Pengalaman saya men-survei dengan wawancara, kebanyakan orantua merasa menjadi ibu adalah naluri sehingga pasti akan dan selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka.

Benarkah menjadi orangtua idaman adalah naluri bawaan?

Saya membaca buku, mengamati, men-survei dan mencoba menyimpulkan serta menganalisa tentang cara pikir para orangtua. Ternyata kebanyakan mereka merasa “sudah” memberikan yang terbaik untuk anak mereka. Benarkah itu yang dirasakan oleh para anak? Kalau ada survey tentang “guru idaman” dari siswa untuk para guru dan pendidiknya, maka sebaliknya, saat ini anak yang harus ditanya, seperti apa maunya mereka hingga mereka bisa senang, bersemangat, belajar dengan senang dan hebat dalam menghadapi kehidupan.

Orangtua ternyata lebih banyak “merasa paling tau” tentang anaknya dan “merasa lebih paham” masa depan anaknya sehingga jarang bahkan tidak memberi kesempatan untuk anak untuk membuka pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengambil keputusan olehnya sendiri untuk masa depannya.

Orangtua seolah berkata “terserah” tapi memaksakan arahnya. Kalau pun sikap itu tidak dilaksanakan oleh si anak, maka orangtua pun akan menganggap anak itu salah,kurangajar, tidak patuh, anak nakal dan banyak istilah negative yang mereka canangkan untuk anak mereka sendiri.

Beranjak dewasa, sia anak pun tanpa sadar membawa sikap yang sama yang dia mainkan di masyarakat. Ketika perbedaan muncul di masyarakat, mereka sudah menganggap perbedaan dari oranglain itu suatu hal yang sesat, salah dan kurang ajar. Istilah yang mereka dapat ketika orangtuanya merespon sikap beda mereka ketika masih kanak-kanak.

Intinya, pribadi seseorang yang memaksakan kehendak, adalah besar pengaruh dari keluarga yang menekan dan memaksakan kehendak dan pendapatan mereka yang paling benar. Sisi keluarga yang lain,ada yang  menerapkan pemujaan terhadap tahapan raja alias memperlakukan sebagai raja/ ratu hingga masa dewasa pun akan membawa mereka ke pribadi yang sesuai kehendak.

Sekali lagi saya garis bawahi bahwa orang tua yang bijak adalah yang tepat bersikap dan merespon anak-anaknya sesuai yang mereka butuhkan.

Saya masih memegang rumus paling jitu dari orang-orang sukses yang membangun mental kuat pada anak di usia tahap 7 tahun pertama dengan memperlakukan anak selayaknya raja, memperlakukan seperti tawanan perang pada masa tahap 7 tahun keduanya dan memperlakukannya sebagai sahabat pada tahapan 7tahun ketiga dan seterusnya.

Tahap pertama, anak akan mengenal dirinya dan citra diri yang positif serta semangat belajar yang bagus. Mereka pada masa itu akan pesat untuk berkembang dan menemukan cara belajarnya yang paling cocok untuk mereka. Mereka pun akan berkembang kepercayaan diri dan hidup tanpa rasa ragu alias mantap dengan keputusannya. Mencintai ilmu pengetahuan dan bisa tau cara belajarnya yang paling cepat dan tepat sehingga mereka bisa belajar dengan cepat hal-hal baru yang mereka butuhkan dalam kehidupannya. Orangtua yang terlalu memaksakan suatu aturan pada tahap usia ini, justru malah akan berakibat negative terhadap perkembangan mentalnya.

Tahap 7 tahun kedua, perlakukan anak seperti tawanan perang. Perlakukan mereka dengan baik, tapi beri mereka pemahaman bahwa kebebasan yang diberikan mengandung konsekuensi dan akibat. Mental yang telah dibangun pada tahap pertama yang membuatnya penuh percaya diri dan semangat belajar yang tinggi, akan lebih membuatnya imbang menyikapi. Dunia yang memiliki aturan main dan keseimbangannya, harus diikuti peran anak untuk untuk menyesuaikan dan memahami harus bagaimana dia bersikap. Perlakuan yang kebablasan dalam menekan, seringkali karena orangtua terlalu banyak merasa tau akan aturan yang ada di dunia lebih dulu ketimbang anak-anak sehingga meremehkan anak-anak dalam memandang dunia. Pastinya, sebagai orangtua pun, tidak suka bila pendapatnya disanggah. Sebenarnya anak-anak tidak ingin mendebat saran dan nasehat orangtua, melainkan keingintahuannya perlu mendapat jawaban yang memuaskan. Sehingga masa tahap kedua ini, tetap peran orangtua adalah mengendalikan dirinya sendiri untuk menahan dari menggurui mereka agar anak-anak dapat terus berkembang kepribadiannya.

Mereka jadi mengetahui bahwa mereka hidup di dunia yang memiliki sistem nilai dan aturan. Dunia ini penuh pelajaran yang menyenangkan tapi juga memiliki aturan untuk dimainkan. Semua bisa bersenang-senang bermain dan belajar dalam kehidupan, tapi harus sadar bahwa ada aturan main yang harus dipegang. Analisa salah benar, baik buruk dan sebab akibat harus harus dipaparkan dan dipahamkan kepada mereka untuk mereka belajar. Mereka akan paham bahwa dunia ternyata punya reward dan punishment dalam kehidupan. Benar-benar hidup adalah permainan dimana didalamnya terdapat aturan dan sistem yang memberi banyak kesempatan dan keleluasaan untuk berperan atau bermain, tapi juga terdapat konsekuensi-konsekuensi. Mental yang penuh percaya diri pun dapat terkendalikan sehingga tidak sampai pada sikap sombong dan angkuh dalam berkehidupan.

Tahap ketiga adalah memperlakukannya sebagai sahabat. Perlakukan ini adalah memberikannya kepercayaan atas citra diri mereka dan mengerti tentang dunia yang mereka hadapi. Masa kematangan yang sebenarnya mereka sudah siap menghadapi keberagamana dunia dan warna dari lika liku dunia. Seringkali orangtua terlalu menikmati proses pada tahap kedua yang menekan dan banyak memberi aturan-aturan sehingga anak justru merasa tertekan atau akibat buruknya adalah menghindari orangtua atau tidak merasa kenyamanan bersama orangtua.

Bila pada tahapan ketiga ini orangtua masih memperlakukan seperti masa pertama, maka bisa jadi dia akan menjadi anak yang suka menang sendiri atau bahkan kaget dengan dunia yang ternyata tidak seperti yang dia inginkan. Anak dengan pola diperlakukan raja yang kebablasan malah memberi mental kurang mandiri atau egois. Bila selama ini tidak diajari kerja keras bahwa dunia memang butuh kerja keras, maka hidupnya penuh ketergantungan dan tidak mudah yakin dengan keputusan yang diambilnya.  Demikian pula jika orangtua memperlakukan seperti pada tahapan kedua yaitu sebagai tawanan, bisa jadi justru merasa tertekan dan memilih untuk menghindar dari perbedaan pendapat dan relatif suka menuntut keinginannya diikuti.

Masa tahap tujuh ketiga ini adalah masa untuk anak dewasa. Mereka sudah tau mana yang baik maupun mana yang buruk. Anak sudah menjadi pribadi yang matang dan siap menghadapi kehidupan dengan segala warna, perbedaan dan liku-likunya.

Semua tahapan saling berkaitan dalam membangun mental, citra diri, pemahaman dan bijaknya mereka dalam menempatkan diri dalam suatu keadaan maupun lingkungan.

Saya tidak pernah bosan untuk menyampaikan ini karena, masa-masa mereka berkembang sangat penting dan berpengaruh pada masa depannya, caranya bersikap dan mengambil keputusan sekaligus mempengaruhi pula cara generasi mereka selanjutnya. Jangan pernah menyepelekan tentang kualitas diri seorang anak. Mereka bisa sangat hebat tapi juga bisa menjadi sangat jahat. Hati-hati memperlakukan mereka. Bisa jadi sikap Anda saat ini terhadap anak atau oranglain adalah penentu arah suatu zaman yang penuh kehebatan, kebaikan dan kebahagiaan atau justru penuh kejahatan dan penderitaan. Semoga kita semua lebih bijak dalam bersikap.



Salam pembelajar

Onish Akhsani


Konsentrasi dan "Pomodoro"



Teringat masa ketika saya masih belajar. Saya seorang anak yang belum menemukan tipe belajar paling tepat untuk diri saya. Saya relative cepat teralihkan fokus saya ke imajinasi dan ide-ide liar. Dalam membuat tulisan pun, arah pembicaraan saya relative cepat meluas. Bahkan saya sering menuliskan dua atau lebih verb alias kata kerja dalam kalimat saya. Ada tumpukan kalimat penjelas yang sering pakai pula. Ini merupakan salah satu gejala mulai meluasnya topik pembicaraan saya.

Saya masih ingat setiap susah fokus, saya selalu  mencoba membuat time jadwal atau list to do. Ternyata itu kurang efektif  untuk saya pribadi kerena yang ada, saya akan berusaha memecah fokus saya untuk menyicil semua pekerjaan dalam satu waktu yang ada. Penyakit fokusnya banyak, itu istilah seorang tentor bisnis saya di Komunitas Mahasiswa Memulai dan Mengembangkan Bisnis. Hehehe

Fokus tentang gaya belajar tadi, akhirnya saya sering mengakali menyediakan waktu belajar yang saya batasi. Biasanya saya akan mencoba balapan dengan waktu atau teman. Cara membatasi dengan waktu adalah cara saya paling jitu untuk membuat saya fokus dan tidak tergoda melakukan hal lain.

Misal, ketika di Sekolah Dasar atau tingkat Menengah Pertama hingga Menengah Umum, saya sering dihadapkan tugas mencatat atau menyalin tulisan di papan untuk dicatat di buku tulis saya. Hal itu sebenarnya hal yang paling tidak saya senangi, menurut saya, akan lebih efektif kalau saya cukup memfotokopinya. Tapi itu adalah cara ibu atau bapak guru mengajar, maka saya laksanakan walau dengan setengah hati.

Mencatat isi papan ke buku adalah masa saya memahami diri saya. Seringkali, saya bicara sendiri dengan pikiran saya yang melayang-layang dan menceritakannya pada teman di sebelah saya. Saya juga heran kenapa saya sangat mudah berimajinasi atau membuat scenario cerita di otak saya. Kadang, ketika ada di kelas, tiba-tiba saya membuat puisi, kadang saya menanyakan sesuatu ke teman di sebelah saya tentang suatu hal, kadang saya tiba-tiba membuat coretan-coretan yang kurang penting alias tidak ada hubungan dengan pelajaran. Kadang saya tiba-tiba ingat apa yang harus saya lakukan setelah pulang sekolah dan membuat list to do. Parahnya ketka SMU, saya sudah punya hp, maka pikiran saya semakin kemana-mana dan mengontak siapa saja yang bisa diceritain atau ditanyain sesuatu topik yang saat detik itu terngiang-ngiang di pikiran saya. Hmmmh…

Akhirnya, untuk menangani masalah susah fokus untuk mencatat, saya biasanya mengakali untuk balapan dengan teman saya. Saya sering bilang ke teman sebelah saya untuk berlomba cepat dalam mencatat. Kalau sedang sangat bersemangat, sekretaris yang juru tulis atau bu guru yang sedang mencatat di papan tentu belum selesai mencatat, saya sudah mengikuti huruf demi huruf untuk saya catat di buku. Hahahaha namanya juga balapan, jadi harus cepat. Hihihi

Manfaatnya setelah saya balapan dengan waktu tadi, hampir semua tugas mencatat terselesaikan dengan baik. Saya punya catatan yang lengkap dan bila buku catatan dikumpulkan untuk dicek oleh bu guru, saya sudah menyelesaikannya dengan baik. Sayangnya, kebiasaan itu tidak selalu dapat saya lakukan karena keterbatasan jumlah teman yang mau diajak balapan nyatat. Tidak ada partner dengan cara belajar saya. Alhasil, saya adalah salah satu siswa perempuan yang paling tidak punya catatan.

Saya merasa mencatat adalah pekerjaan yang paling membosankan. Bayangkan, kita harus fokus menulis dan mencontoh tulisan di papan. Tapi kalau boleh berpositif thinking kepada metode mengajar bu guru, mungkin beliau-beliau ingin kami para siswa membacanya, karena kami pasti membacanya ketika menulis.
Tapi saya kurang setuju. Tetap saja, semua anak memiliki cara belajar yang beragam. Bila dengan menulis atau memindahkan ke buku, bisa jadi hanya menulis tapi tidak memahami. Pikiran saya misalkan, saya bisa menulis sambil berbicara topik lain yang tidak nyambung dengan catatan.

Setelah saya beranjak dewasa, saya merasa menemukan hal baru dalam hidup saya. Saya mulai mencintai proses belajar saya. Saya berusaha “knowing my self” alias memahami diri saya sendiri. Saya jadi mengerti betapa saya punya cara belajar dan kemampuan-kemampuann yang berbeda dengan yang lain. Saya pun menerima ketika teman-teman bilang saya “aneh”. Iya, saya memang sedikit aneh karena saya tidak mau berfikir seperti cara mereka berfikir.

Saya paham cara mereka berfikir, tapi saya menolak untuk sama dengan cara mereka. Saya suka berimajinasi kreatif, saya senang berdiskusi yang serius dan fokus ke solusi. Saya tidak suka berjelimet-jelimet lama dengan masalah. Saya memiliki bahasa narasi yang bertumpuk kalimat penjelas seperti dongeng. Saya memiliki tumpukan ide yang meluap-luap dan memiliki cara berfikir yang gak standart. Saya bilang, saya “beda”. Saya yakin semua anak memang unik dan beda satu sama lain. Intinya, semua anak punya cara yang berbeda untuk belajar dan menyikapi kehidupan.

Oke, kembali tentang gaya belajar.  Setelah menikah dan tinggal di Australia, suami saya menunjukkan suatu program di android untuk memanajemen waktu fokus. Kami pun menggunakannya sebagai kawan bekerja. Nama program itu adalah “Pomodoro”. Fungsi dari alat itu adalah untuk mengendalikan aktivitas kita agar fokus dalam beberapa saat yang kita tetapkan untuk mengerjakan suatu aktivitas dengan me-remove semua gangguan yang mungkin datang.

Program di-instal dan segera saya bisa men-setting waktu saya dalam 1 tahapan dan berapa lama tingkat konsentrasi maksimal saya ketika bekerja dan berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk istirahat sejenak sebelum melanjutkan bekerja.

Sumber gambar: www.sandglaz.com

Setelah setingan selesai, saya siap memanfaatkannya untuk bekerja. Prinsip kerjanya seperti jam walker/ stopwatch untuk mengukur waktu. 1 tahapan kerja dan istirahat tadi adalah hitungan 1 pomodoro. Saya men-setting 25menit bekerja dan 5 menit beristirahat. Saya mulai dengan tombol “start” dan saya pun mulai bekerja/ mengerjakan sesuatu.

Misal, saya akan mencuci piring, saya seting saya butuh waktu 1 pomodoro. Sesuai setingan 1 pomodoro saya, maka setelah 25 menit saya harus sudah selesai atau menghentikan pekerjaan saya dan beristirahat selama 5 menit.

Intinya, ketika alarm time break berbunyi, maka saya harus mencoba menghentikan. Tetapi ketika saya asyik bergulat dengan ide atau menulis beberapa tulisan, maka biasanya saya langsung me-skip alarm time to break-nya. Saya bisa bilang, kalau saya menulis ide atau suatu bahan untuk blog saya, saya membutuhkan hampir 2 pomodoro saya.

Kebiasaan bekerja dengan pomodoro ini masih sangat baru bagi saya dan suami, tapi itu adalah metode smart bin brilian binti cerdas banget untuk mengatasi nafsu fokus ke banyak hal dalam waktu yang sama.
Manfaatnya adalah saya berhasil menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan sesuai target, saya bisa mengatur waktu sehingga seimbang kapan saya harus belajar, olahraga, menulis, mengontak teman, bersilahturahim dengan keluarga atau tetangga, mengurus urusan rumah, hingga bermesraan dengan suami dan kegiatan-kegiatan beribadah rutin. Semua menjadi lebih seimbang. Saya pun tidak perlu repot lagi takut dengan gilanya imajinasi saya karena bila mulai ada ide gila di otak saya, maka saya tinggal menyediakan waktu 1-2 pomodoro untuk menuliskannya. Pekerjaan-pekerjaan dan list to do pun terlaksana dengan baik hampir di semua aspek. Kualitas waktu dan hidup saya pun menjadi lebih baik dan tertata maksimal.

Saya bisa mengisi waktu saya dengan penuh produktivitas dan terukur. Saya punya banyak kesempatan untuk meng-edit hasil kerjasaya yang cepat dan fokus sehingga saya memiliki waktu yang lebih panjang untuk memperbaiki atau menyempurnakannnya. Saya pun tidak perlu khawatir ketika saya ada permintaan atau undangan, saya sudah harus mohon diri bila alarm saya telah berbunyi sehingga saya bisa lebih tegas dengan waktu saya dalam bersosialisasi menggingat selama ini, saya termasuk orang yang selalu rela hak untuk diri saya diambil orang lain, termasuk tentang waktu yang seringnya waktu saya habis untuk oranglain dengan manfaat yang sebenarnya tidak ada.

Saya juga memanfaatkan pomodoro untuk mengelola waktu belajar dan fokus konsentrasi saya dengan maksimal. Metode belajar saya yang perlu difokuskan ini sangat terbantu dengan adanya alat yang selalu sabar me-remind me saya selalu ini. Metode ini sederhana tapi sangat manfaat untuk saya. Moga bisa bermanfaat juga untuk teman yang tertarik untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari program android gratisan ini. Mungkin setelah ini saya akan meng-uploud link-link dan info terkait tentang “pomodoro” sehingga bisa lebih jelas dan berguna untuk siapapun juga.

Tak ada salahnya untuk belajar dari kesalahan dan terus berusaha membaikkan kualitas diri dari hari ke hari. Semua proses, kesempatan, dan keadaan di sekitar adalah wadah dan sarana belajar menjadi diri yang lebih baik. Moga semua alat dan media teknologi yang berkembang bukan menjadi godaan atau masalah yang mengganggu untuk kita, melainkan menjadi sarana yang mendukung dalam berproduktif aktif, meningkatkan kualitas diri, memaksimalkan peran dan mengoptimalkan waktu yang singkat agat lebih manfaat.

Salam Pembelajar

Onish Akhsani


Senin, 05 November 2012

Selalu positif dan baik





Benar-benar lebih mudah mencari keburukan oranglain daripada melihat sisi positif dan baik dari sesuatu hal. Bahkan salah satu petuah Tibet mengatakan "Kesalahan dan keburukan selayaknya dedaunan yang mengambang di atas air dan sangat terlihat".  Sedangkan para pencari mutiara, hanya untuk melihatnya saja sudah harus masuk ke dalam air dan menyelam dalam untuk mendapatkannya.

Sumber photo: http://diarihati.com

Sesungguhnya hidup sangat sederhana. Kuncinya adalah selalu memegang prinsip yang baik dan membaikkan diri dalam berprasangka, berbicara dan berkelakuan hingga dalam bercita-cita. 

Berpositif dan melihat sesuatu dari sisi positif dari segala sesuatu menjadikan diri lebih positif dan tentu mendapat hal-hal positif dan indah. Seindah mutiara yang memang tak gampang untuk didapatkan, tetapi keren luar biasa.

Alangkah indah bila setiap hari kita belajar melihat dengan mata yang positif. Menatap dalam dengan hati yang bersih. Fikiran dan nurani tak perlu terkotori dengan hal negative yang tidak memberi arti apapun.

Seperti apa cara pandang kita, ucapan dan perilaku kita dalam bersikap dan menyikapi kehidupan sangat mempengaruhi seperti apa kualitas hati dan iman kita. Berfokus pada kebaikan, membaikkan yang belum baik, melakukan kebaikan itu sendiri dan terus konsisten untuk menjadi baik dalam kebenaran dan kemanfaatan.  

Semoga hari ini dan seterusnya, kita bisa menjadi beristikhomah untuk terus baik dan semakin baik. Baik dan tulus dalam keanggunan menjadi manusia yang bijaksana dan bersemangat dengan cinta dan cita yang hebat.


Salam Baik untuk Semua yang baik dan Berbuat Baik
d ^_^ b
Onish Suhardiyanti Endi Akhsani





Sumber Photo: http://lenggangkangkung-my.blogspot.com.au/2012/07/jadi-orang-baik.html

Minggu, 04 November 2012

"Seek Wisdom"

University of Western Australia (UWA) memiliki motto dalam kegiatan pembelajaran di kampusnya dengan sebuah kalimat singkat tapi padat makna dan luarbiasa hebat: "Seek Wisdom".




Benar sekali apa yang dijadikan prinsip kampus tempat suami saya menempuh sekolah PhD-nya. Semakin ingin mengenal dan melihat sisi bijak kampus tersebut, maka saya sediakan lingknya untuk dapat dijadikan bahan bacaan atau merenung. ini link resmi kampus tersebut: http://www.uwa.edu.au/university.

Saya cukup terpukau dengan tata ruang hingga fasilitas kampus dan nilai-nilai yang diterapkan kampus tersebut. Hingga tertuanglah sebuah syair curhat pembelajar akibat saya menghayati benar sistem nilai di kampus terbaik di Perth itu. hehe Inilah tulisan saya itu:




Belajar itu adalah,....

Belajar bukanlah untuk mendapat nilai yang bagus.
Belajar adalah untuk mengetahui bahwa kita tidak tau dan semakin berusaha menjadi tau.

Belajar bukanlah menghafalkan dan menjawab soal ujian.
belajar adalah memahami dan menemukan jawaban atas hal yang membuat kita penasaran.

Belajar bukanlah untuk hasil akhir.
Belajar adalah proses hingga kita merasa berhasil.

Pentingnya proses belajar lebih sempurna,
bukan sekedar mendapat pujian sebagai juara pertama.

Hal paling berharga dalam bersekolah adalah proses belajar,
bukan pada angka maupun rentetan gelar.

Belajar pada level yang tinggi bukan lagi sekedar bicara tentang siapa, apa, bagaimana dan kejadian-kejadian.
Belajar pada tahap yang lebih utama adalah tentang inti dan ide serta tindak bijak dalam pemahaman dan tindakan.

Tujuan terbaik dalam belajar adalah kebijaksanaan.
Semakin pandai seseorang, semakin bijak dalam bersikap dan menyikapi kehidupan.


Smangat pembelajar!!!!
^_^9



Sumber photo: Dokumentasi pribadi (Photographer: Rumayya Batubara)
Lokasi: University of Western Australia, Perth



Rabu, 17 Oktober 2012

Kenapa Wajib Belajar?


Kenapa manusia harus belajar?
Jawabannya, karena kita telah terlanjur mendapat tugas hidup, jadi kita harus melanjutkan hidup.

Belajar adalah proses yang diawali dari ketidakmampuan.
Kesadaran tersebut, maka dilanjutkan dengan niat untuk menjadi mampu.
Proses mencapai tujuan untuk meraih kualitas yang lebih baik, itulah belajar.
 
Proses belajar yang baik, tentu menghasilkan suatu hasil. 
Belajar dan terus belajar hingga akhirnya mencapai peningkatan kualitas, maka itulah keberhasilan.
keberhasilan mencapai tujuan dari kualitas yang kita tetapkan, itulah yang disebut "kesuksesan".

Hasil dari proses belajar itu sendiri bukan dengan perbandingan dengan oranglain,
melainkan perbandingan dengan diri sendiri untuk lebih baik dari hari yang lalu.
Prinsip sederhana yang menjadikan diri lebih bahagia dan damai.
Menjalani hari dengan sebaik-baiknya, agar hari ini pribadi diri lebih baik dari hari kemarin.

Belajar adalah proses untuk menjadikan diri lebih baik.
tak tau menjadi mengerti,
yang bodoh menjadi paham,
yang paham menjadi lebih bijak,
yang tersesat menjadi lurus berarah,
yang galau labil menjadi tenang berpandangan,
yang buta menjadi mampu membaca,
yang lemah merasa kalah menjadi kuat tak kenal menyerah,
dan yang baik menjadi lebih baik.

itulah proses belajar.
Itulah gunanya belajar. 
Memahami segalanya dan menjadi lebih arif, bijak dan paham harus bagaimana bertindak.

 
Salam Pembelajar.
^_^9



Jumat, 10 Agustus 2012

Ayo berperan!!!



Pernah meneliti cacing usus?
dia punya peran dan manfaat dalam perut.
tapi dia juga sering dicaci dan di musuhi.
dia punya kekurangan dan kejahatan.
apa kalian akan sibuk membahas keburukan2 itu?
puaskah kalian dengan mengasingkan dan membuangnya?
lihat apa kalian tidak sadar ada peran yang dia bawa?
perutmu akan penuh sampah tanpa dia.
tanpa dia, kamu tak akan belajar tentang proses dalam
perutmu yang sering kalian sebut proses pencernaan.
:)

Tak pernah ada hal-hal yang diciptakan dengan sia-sia.
Cacing pun adalah ayat kehidupan.
menjadi cacing pasti malu.
bentuk yang menjijikkan,
racun yang berbahaya,
dan segala kekurangan yang mendukung opini jijik tadi.
tapi,
lihat apa saja yg telah dia lakukan.
keberadaannya membuatmu semakin hati-hati makan.
km akan merasa nyaman dengan perutmu,
kamu pun akan maksimal beraktivitas tanpa sampah yang
km bawa dalam rongga tubuhmu.
apa masih ingin membahas si cacing lebih lanjut?
hehehe
Silakan,
dengan senang hati cacing dalam perut-perut kita tulus
mmpersilakan walau rasa malu dan mendapat "citra" buruk
dari makhluk yg disebut manusia. hehe
Bagaimana pun,
Cacing sama dengann semua makhluk Tuhan yang lain,
memberi manfaat maksimal dalam hidupnya.

Mereka ayat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyanyang,
meraka bangga dengan peran mereka menjadi ayat Tuhan dan
menjadi bagian kebaikan dari rahmat-Tuhan.


Semua memaksimalkan perannya.
Peran kita masing-masing adalah dzikir kehidupan kita.
Sebagai manusia, sudah harus lebih hebat dari yang lainnya.
Sudah tentu perjuangan harus lebih luar biasa.
Smangat!
Selamat berperan Kawan!
^_^9


21 November 2010) Niat Raksasa


Hal terkuat yang ingin kulakukan adalah memberi manfaat.
Aku ingin menjadi pohon yg besar!
Aku ingin menjadi matahari.!!!
Menjadi bagian dari kebaikan dan rahmat Illahi.



Tak ada yang salah dengan itu.
Aku berhak bermimpi dan menjadikannya 5cm di mataku.
Berani melihat realita dan tetap HARUS berani BERMIMPI BESAR.
Karna Tuhan selalu ciptakan semua dengan SEMPURNA.

Aku kisahkan hidupku, sebagai pelajaran.
Karna diriku adalah ayat kehidupan dari Tuhan.
Tuhan yang menjadikan aku tokoh.
Dalam novel kehidupan, pasti ada hikmah dan pelajaran.
Aku ceritakan pada dunia, aku tak peduli kata negatif orang-orang.
Ini adalah aku.
Aku tak peduli penilaian negatif orang padaku.
Aku adalah ayat dariNYA.
silakan belajar dari gagal dan suksesku.

Aku yakin kebesaran Tuhanku,
maka aku pun yakin pada diriku dan sinarku.
Aku mrasa hangat dan nyaman dengan nyalaku,
yang akan kuat seperti matahari dengan kapasitasku.

Semua ilmu dan hidup adalah ayat-ayat Tuhan,
Rosul pun tidak merahasiakan keagungannya.
Segala nafasnya, langkahnya, bahkan hatinya telah
beliau serahkan untuk manfaat.

Untuk apa merahasiakan,
semua hdupku adalah ayat Tuhan.
Aku tak peduli dengan bahaya apa atas remehan orang.
Belahlah hatiku,
Bukalah isi kepalaku,
ambil ideku,
ikuti langkahku,
semua adalah ayat Tuhan untuk dipelajari.
(Photo koleksi pribadi, diambil di kampus University of WEstern Australia, Perth)


Seperti pohon yang besar,
bila kau potong dahanku, maka
akan tumbuh tunas baru di dahan yang kau ambil itu.
Aku takkan kehabisan.
Justru dengan itu, akan tumbuh semakin banyak dan sehat.

Silakan miliki semua dariku,
hanya Tuhan yang bisa mematikan dan
mengakhiri semua kisah pembelajaran dan perkembangan dari hidupku ini.

Ya ALLAH,...
baik benar Engkau pada hamba,....
hamba siap melepas keegoisan hamba dalam menjaga semua
yang ada pada diri hamba dan di hidup hamba.

Hey semua orang,........
aku tunjukkan mana duriku, mana buahku.
akan kutunjukkan mana bahaya dan mana manfaat.
akan kuberi tau kalian apa saja hal-hal dalam dunia yg
meracunimu dan menyehatkanmu.
semua dalam hidupku ini ayat untuk semua orang pelajari.

Boleh jadi semua ego-ku akan melebur,
boleh jadi pula semua pelajaran dan manfaat justru makin
tersebar dan berguna untuk alam, dunia dan segalanya.
Boleh jadi sgala citra diriku akan terungkap di sini.

Mau mengambil ilmu dan pelajaran dariku?
silakan,...Tuhan melegalkan semua orang mempelajari Al-Qur'an yg
telah DIA sempurnakan dengan begitu luarbiasa.
aku juga ayat yang boleh dipelajari siapapun.
itulah peran yg dititipkan semua ayatNYA.
:)
  
Mahatma Gandhi bilang, HIDUP ADALAH PERAN.
Karna itu, ingat dimana peranmu dalam kehidupan.
Jadikan tujuan hidup!
Manfaat dan peran!
Niatkan Sebesar Raksasa.
Kuat dan sangat besar, tapi tanpa ambisi.

Sebagai ayat kehidupan,
sebagai tokoh yang dikaruniai kesempurnaan,
harus yakin memberi manfaat dan peran yang memang harus dimaksimalkan.

Makasi mau membaca satu dari hidupku.
Satu diantara ayat-ayat yang dikaruniakan Tuhan untuk dipelajari,...
Bagaimana dengan dirimu?
Sadarkah peranmu sebagai ayat Tuhan pula?

SMANGAT.!!!
Mari berbagi dan jangan sibuk membuat "pencitraan",
karena semua itu akan sia-sia tanpa manfaat.

^_^

Hikmah yang ingin kubagi kali ini adalah:
HIDUP adalah untuk PERAN&MANFAAT yang maksimal,
bukan citra untuk dianggap matahari.



Aku harus menjadi diriku sendiri.
Menjadi pribadi yang seperti matahari.
Memberi dan terus memberi yang terbaik dari hari ke hari.
Meski bumi semakin tua dan letih,
meski langit bermain-main dengan awan.
Meski bintang-bintang lain bersinar di angkasa bersamaku.
Aku tetaplah matahari yang terus menyinari.
Semua ada pada porosnya, pada perannya dan pada manfaat yang dipercayakan Tuhan.

Smangat Berjuang demi Kebaikan...
(^_^)_9

18 Nov 2010 (Catatan lama)


Surabaya, 18 Nov 2010

Aku menemukan kenyamanan pada keadaan ini.
Melihat mereka bahagia.
Melihat mereka lebih baik kualitas hidup dan semangatnya.

Hey, apa aku salah?
Pembelaan diri mulai tumbuh padaku.
Aku ingin kosong menerima bisikan Tuhan ke hatiku.

Aku nyaman dengan peduli pada oranglain.
Aku selalu ingin berbagi pada oranglain,
tapi aku kadang takut terlalu berbagi karna takut kurang memuaskn.
Kadang takut salah, takut kurang maksimal.
Tapi aku yakin,
AKU HARUS TULUS MEMBAGI RAHMAT TUHAN UNTUK ORANGLAIN.


(sumber photo: divabetic.wordpress.com)


Membagi itu artinya melengkapi oranglain.
melengkapi dengan pengetahuan dan kisah serta hikmah yang
telah aku temukan terlebih dahulu.

Satu hal yang jadi kunci hidupku ke depan sudah aku genggam.
Aku harus mampu melengkapi diriku dan
dengan tulus melengkapi oranglain karna
dengan melengkapi oranglain, sebenarnya
aku sedang melengkapi diriku.

Inilah hidupku.
aku melengkapinya dengan kebaikan yg tulus,
dampak ketulusan itu membangun diriku.
Kalau hanya sibuk membangun diri maka yang ada,
aku tak bisa melengkapi diriku dengan sempurna.

5cm di depanku adalah "manfaat" bukan "citra".
bila harus berkutat dengan citra, maka tak ada manfaat.
Sebailknya, dengan membangun "manfaat" maka
citra sebagai efek samping.
Yang utama adalah kepuasan diperhatikan Tuhan!!!
Karena dipercaya menjadi tanganNYA, membagi rahmatNYA.
Sudah pasti kebahagiaan dan kesuksesan pun teraih.
^_^

Hal terpenting yang perlu kupasang besar-besar:

LENGKAPI HIDUPMU DAN MEREKA.
NYALAKAN SINARMU dengan kuat dan terang,
itu menghangatkanmu dan orang sekitarmu.
Menjadi matahari.!!!

Kita perlu tau siapa diri kita.
Tak usah memaksakan diri untuk menghangatkan mereka
bila memang hanyalah lilin kecil.
setidaknya jangan pernah mengganggu oranglain
dengan tangisan yang disebabkan kegelapan dan kedinginanmu.
Jangan pernah mengeluh!!!

Semua memiliki kapasitas.
Bila sekarang hanya lilin, besok obor, kelak mungkin
bisa menjadi matahari. 
Terpenting MAKSIMALKAN kapasitas.
Tak perlu tertekan,
mimpi yang terlalu jauh dari realitas justru akan
membuat jatuh dan kehilangan 5cm-mu.

Sudah siap dengan maksimalisasi kapasitasmu???
Smangat.!!!
^_^




Inilah aku


Surabaya, 2008


Aku seorang wanita Indonesia.
Aku seorang mahasiswa.
Kalau ditanya bidang apa yang aku sukai,
aku paling suka bidang pembangunan sosial.

ide-ide ku seringkali suka mengarah pada peran dan manfaat sosial.

Jangan tanya padaku aku mau kerja apa hanya karna aku calon lulusan sarjana.
Jangan tanya aku mau bisnis apa, hanya karna beberapa kali lolos lomba kewirausahaan.😁
Aku tak menguasai IT ataupun teknik.
Jangan tanya aku mau kerja seperti apa.

Aku hanya ingin berkarya.!!!



(Photo: masa kuliah mengabdi membangun desa di daerah pinggiran Bojonegoro)


Senin, 06 Agustus 2012

Belajar kehidupan di Oz (part-1)


Akhir bulan Februari 2012 lalu,….

Saya tiba di Australia. Sebuah negara yang ternyata sangat berbeda dengan bayangan saya. Saya kira ini negara yang kebarat-baratan dan Liar. Ternyata ini negara yang Sangat Amat Baik dan punya nilai Prinsip Mulia. Sangat Menghargai Privacy Oranglain dan benar-benar penuh dengan Tenggang Rasa. Saya sebut ini Negara Pancasilais. Lebih ekstrimnya, saya pernah bilang ini negara lebih islami ketimbang negara saya sendiri.

Bukan saya tidak nasionalis, saya justru saking nasionalisnya sampai begitu kritis membandingkan negara sehebat Australia dengan negara saya dan berjanji pada diri sendiri untuk menciptakan yang lebih baik di negara saya. Jujur, semua pelajaran di Australia adalah bekal berkarya yang lebih untuk semakin ingin lekas pulang membangun negeri Indonesia. Cita-cita soal tenggangrasa yang disebut-sebut dalam pelajaran PPKN ternyata benar2 diterapkan di negara yang justru bebas ini. Kaget sungguh. Toleransi beragama dan perbedaan RAS serta warna kulit yang mencolok benar-benar sangat dihargai. Saya merasa seperti di surga. Bisa hidup dengan bebas tanpa takut komentar oranglain atau sibuk dengan pencitraan ala Indonesia. Saya merasa bisa menjadi diri saya sendiri di sini.

Ramah tapi tidak sok ramah. Cuek dengan urusan oranglain, tapi sangat peka bila ada oranglain yang membutuhkan. Ada sapaan yang selalu terucap bila saling jumpa atau berpandangan. Kenal atau tidak, harus saling sapa. Wew,.. Luar biasa. Islami sekali tingkah orang-orang di negara ini. Kejutan!

Benar-benar suatu hal baru yang membuatku merasa “ada di dunia yang lain”. Ini di bumi kah?HAHAHAHA
Kejutan tidak hanya disana, seperti niat awal berangkat saya ke Australia, saya memang mengincar informasi tentang koperasi di Australia. Cinta saya pada koperasi adalah bukti cinta saya pada nilai-nilai agama dan naluri yang ada di hati ini. Sebagai seorang manusia yang harus berperan manfaat dalam kehidupan. ^_^

Hari kedua tiba di Perth, saya minta diantar ke Koperasi mahasiswa yang ada di kampus suami saya studi PHD. Lokasinya tidak jauh dari rumah tempat kami tinggal. Ketika sampai di depan salah satu toko usaha Kopma tersebut, tiba-tiba suami saya meletakkan tas nya yang berisi laptop di luar toko. Seperti mahasiswa-mahasiswa yang lain di sore itu. Haaaa? Tentu saja saya menolak meletakkan tas saya karena ada laptopnya. Saya tidak mau masuk kalau tas laptop saya ditaruh di luar. Maklum, di Indonesia tentu hilang kalau tas diletakkan sembarang diluar dan ditinggal ke dalam toko. Gila saja. Saya menunggu di luar sambil menanti suami saya yang sedang membeli peralatan menulis di toko buku milik kopma itu. Saya hanya berdiri di luarnya. Mengamati semua orang disana.
Konyol! Baru kali ini saya melihat orang tidak takut kecurian!
Hmmmh,… Saya diam di depan toko menjaga tas suami saya agar tidak diambil orang. Tapi,….. Tapi,…. Rasa penasaran tentang Koperasi mahasiswa di universitas tersebut semakin besar.!!!

Nekat deh,… Saya pun mencoba untuk melakukan hal yang sama dengan semua pelanggan toko tersebut yaitu masuk ke toko buku itu dengan meletakkan barang/tas saya di luar toko. Hmmmh,… Percaya saja pada Allah. Itu kata saya di dalam hati untuk meyakinkan tentang keamanan barang-barang saya. (Tentu sambil komat kamit berdoa dan mengawasinya dari jauh). hehehe

Akhirnya saya masuk ke toko buku The Co-op UWA tersebut. Keren. Ramah. Fasilitas harga untuk anggota koperasi benar-benar dibedakan dan semua tampak aman serta professional. KEREN. Memang akan sangat teruntungkan kalau menjadi anggota koperasi ini karena memang ada dua harga yang berbeda. Harga murah tentu untuk anggota. Itulah mengapa, koperasi ini begitu ramai dengan pengunjung. Benar-benar penerapan nilai koperasi. ^_^Puas deh nglihatnyaaaa,….

 (Photo The Co-op yang saya ceritakan di atas)

Sambil mengamati tata kelola toko buku tersebut, mata saya selalu melirik kea rah pintu masuk. (tempat saya meletakkan tas saya), karena saya harus menjaga tas dan barang bawaan saya meski dari jarak jauh. Hahaha Efek mendalam karena masih trauma dengan Indonesia yang banyak penjahat. Hehehe

Oke,… Setelah urusan di koperasi selesai, saya dan suami pun keluar dari kopma tapi melalui pintu keluar.  Ah,…Ternyata kami harus keluar melalui pintu keluar. Artinya, saya tidak bisa mengawasi keamanan tas saya. Benar saja, pintu keluar ada di lorong yang berbeda dan jauh dengan pintu masuk. Begitu keluar dari pintu keluar toko, saya pun segera berlari menuju tempat tas saya dan tas milik suami saya yang tergeletak di pintu masuk. Alhamdulillah,… Utuh dan aman. Hahaha suami saya tertawa dari jauh melihat kekhawatiran tingkat tinggi saya itu.

Ini khawatir udah tingkat langit!!! Hahahaha

Untungnya  Tuhan Maha Tinggi,… Memberi keamanan melebihi kekhawatiran yang saya bangun. Hihihihi


Agenda keliling kampus berlanjut sampai dengan di tepi pantai (tepatnya river) hehe

Tepi sungai yang lebih mirip tepi pantai. Tempat suami saya mengajak saya berjalan pagi di hari pertama saya di sini. Luar biasa,…. Pohon-pohon yang besar, taman yang luas, hewan-hewan seperti angsa hitam, burung camar, burung gagak, beragama jenis burung cantik-canti ada disana. Anjing-anjing yang pintar dan patuh pada majikannya pun seolah riang menikmati tempat ini. Anak-anak sangat dihargai kebebasan mereka berfikir dan kreatif dalam belajar dan bermain di tiap sudut fasilitas umum disini.  Tak ada bentakan pada anak kecil.
Benar-benar fasilitas umum yang sangat keren dengan nilai sosial yang juga keren.!!! Islami banget. :p
 (Gambar menunjukkan anak-anak bisa bermain bebas dengan fasilitas umum yang bagus &  gratis)


Hari itu saya menyimpulkan sesuatu:
1.       Ini di Oz, bukan Indonesia! Dont be afraid!!! ^_^

2.       Ini negara aman dengan hukum yang tegas dan kamera pengintai ada di mana2. Saya tidak perlu khawatir karena saya ada di daerah yang aman untuk hidup dan mengembangkan diri.

3.       Ini negara yang tertib, tidak ada yang menginjak atau diinjak. Semua berkembang sesuai dengan apa yang mereka inginkan, asal tidak mengganggu atau merugikan oranglain.

4.       Kedamaian ternyata ada di keseimbangan alam dan keselarasan social dalam kehidupan.
 


(Itu di atas adalah photo saya diantara pepohonan yang rindang dan terawat, tempat duduk yang merupakan sumbangan dari masyarakat, tepi Swan River yang sangat dijaga pemerintah dan seluruh warganya. Bersih dan dibuat seolah alami. Tepi sungai yang tampak seperti tepi pantai.)


Mulai bersyair hati ini memuji indah kesempatan berada di sini.
Sapa alam serasa bersahut-sahutan memuja Kekuasaan Illahi....
Pohon-pohon yang besar, hijau dan rimbun,
Riuh kicau beragam burung yang terbang bebas dengan berjuta warna cantik.
Udara yang segar dengan angin yang sejuk sepoinya.
Taman-taman hijau yang gratis bisa dinikmati semua orang disini.
Kebebasan beragam jenis binatang yang bebas bermain-main disana sini,
terasa  benar riang smua makhlukNYA memuji Asma Sang Penguasa Hidup.
Sungguh, mereka seolah membisikkan pesan,
atas keindahan dan kearifan di tempat ini.

Tingkah polah anak-anak dengan akrabnya,
Sungai-sungai dengan fasilitasnya yang dijaga bersama bersihnya,
terasa benar cinta mereka pada ke-alami-an.
Sungguh inilah konsekwensi dari keseimbangan….

Semua yang ada ini,…. Membisikkan pesan mendalam.
Pesan tentang keindahan,
yang seharusnya juga bisa dirasakan semua manusia di dunia.

Kalahkan kerakusan,
tahan ke-Egoisan,
berdaya bersama,
saling hormati urusan oranglain,
serta peduli dengan alam dan lingkungan.


Ini negeri yang saya mimpikan.
Inilah negeri yang ingin saya mintakan pada Tuhan,
agar tercipta untuk semua orang di dunia.
Semua orang dan semua makhluk.
Mereka yang kaya maupun miskin.
Makhluk-makhluk yang Tuhan percayakan hidup di bumi ini.
Saya berharap keseimbangan tercipta dan semua bahagia dalam memuji Asma-NYA.


Smoga bisa!!!
Smangat berjuang!!!
^_^