Kamis, 06 Desember 2012

Gaya Bicara dan Bahasa Indonesia



Orang paling hebat adalah orang yang bisa mengenal dirinya, memahami, mengendalikan dan memperbaiki kualitas dirinya dari waktu ke waktu.

Saya masih merasa sebagai korban dari sistem pendidikan bahasa yang kurang tepat. Alasan saya, saya berkembang dengan memegang teori bahasa yang saya terima dan menghayatinya, tapi justru saya mendapat masalah berat dengan gaya bahasa saya sendiri.

Saya masih terobsesi untuk bicara dengan sistem yang saya pelajari di sekolah. Saya masih sangat ingat ketika pelajaran bahasa Indonesia, teori penggunaan kalimat penjelas dalam suatu paragraph maupun kalimat yang mengandung double penjelas.

Saya paling jago menyebutkan dan menganalisis bahasa. Saya bisa paham orang bicara dengan bahasa yang bertumpuk, karena saya juga melakukannya. Sayangnya, seringkali, karena terlalu asyik bicara memberi penjelasan pada satu aspek, saya terpeleset untuk memberi penjelasan pada hal lain yang sebenarnya hanya kalimat pendukung. Saya sendiri merasa bahwa saya sering memberikan kalimat penjelas yang sebenarnya tidak ada hubungan dengan kalimat utama atau topik pembahasan. Oleh karena itu, saya akhir-akhir ini saya sedang mencoba untuk memperbaiki kualitas dan cara bicara saya. Saya belajar menulis kalimat singkat.

Saya tidak perlu membuat kalimat bertumpuk. Sebenarnya saya menyadari gaya bicara saya. Saya relative bicara tentang bagaimana saya bicara dengan tepat. Saya ingat buku bahasa Indonesia saya mengajarkan tentang bagaimana di kalimat terakhir dalam peragraf terdapat kalimat penutup atau kesimpulan. Hal itu membuat saya selalu mencoba membuat kalimat yang menyimpulkan di akhir paragraph.

Saya mungkin tampak menjadi anak yang aneh dengan gaya bahasa saya, tapi sebenarnya saya memang sangat menikmati menjadi diri saya. Hanya saja, terlalu banyak teori perang membuat saya justru tak lincah dalam berperang. Saya ingin memperjelas analogy tersebut, bahwa dengan banyaknya teori yang saya pahami tentang gaya bahasa, justru saya merasa harus sesuai dengan teori dan hal yang telah diajarkan kepada saya sehingga saya menerapkan sistem berbicara bertumpuk yang penuh dengan kalimat penjelas dan relatif panjang dimana hal tersebut membuat kalimat saya sangat panjang dan walaupun tidak salah secara teori, tetapi terlalu panjang dan sulit untuk dipahami.

Barusan saya menggunakan teori berbicara saya ala teori bahasa Indonesia. Anda tidak akan menganggap itu salah karena memang itu benar, tapi tentu tidak enak dirasakan. Hehehe

Intinya, belajar bahaasa Indonesia adalah saling terkait. M

Terimakasih


Salam Pembelajar
Onish Akhsani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar